Jumat, 21 September 2018

Laguna Weekuri





Sudah tinggalkan
Tinggalkan saja semua persoalan waktu kita sejenak
Tuk membebaskan pikiran
Dan biarkan..
Biarkan terbang tinggi sampai melayang jauh menembus awan..

Sementara tinggalkan semua aturan yang kadang trlalu mengikat dan tak beralasan teman
Memang, memang benar teman
Kita perlu cooling down dan melonggarkan pakaian

Bebas lepas kutinggalkan saja semua beban dihatiku
Melayang kumelayang jauh
Melayang dan melayang..

Mengikuti lirik lagu, berdelapan kami berapi-api dan semangat menuju Laguna Weekuri.
80 km rasanya cuma sekejap sudah sampai.
Untuk perjalanan yang panjang dan lama memang dibutuhkan teman-teman perjalanan yang gila.
No jaim, no unmood.

Bermodal tanggal merah di hari sabtu, kami pun telah merancanakan perjalanan ini tiga hari sebelumnya. Singkatnya, matang dan terencana.

Pukul 07.00 pagi kami sudah start dari Waikabubak ibu kota kabupaten Sumba Barat dengan sopir yang sudah pacaran lama sama setir mobil pastinya.
Sengaja berangkat pagi biar bisa lebih puas keliling-kelilingnya.

Melewati ibu kota kabupaten Sumba Barat Daya kami berbelok arah menuju kecamatan Kodi kemudian menuju desa Kalena Rongo, kecamatan Kodi Utara lokasi laguna Weekuri.

Melihat birunya air serta pasirnya yang putih membuat kami tak hiraukan lagi aturan stretching sebelum berenang.
Semua kami sibuk dengan versi masing-masing bagaimana cara menikmati air.
Teman saya Anas yang tak bisa berenang, terpaksa menggunakan ban dalam untuk berenang. Sedangkan Ross yang paling pandai berenang, sibuk menunjukkan aksi lompat papan yang tingginya hampir 8 meter dari permukaan air.

Sungguh, pesona laguna Weekuri ini luar biasa. Bahkan setelah makan siang, kami masih kembali berenang.

Sambil mengeringkan badan, kami sibuk mencari sudut-sudut mengambil gambar.
Karena kenangan memang perlu di simpan dalam bentuk dokumentasi.

Setelah puas mengambil gambar, kami berpindah ke pantai Mandorak yang jaraknya tak jauh dari laguna Weekuri. Tidak lupa membayar tiket masuk, kami menuju pantai Mandorak dan semua sibuk mengambil gambar.

Setelah benar-benar puas, kami akhirnya bersiap pulang ke habitat masing-masing.
Tak ketinggalan kami mampir mengisi perut kami yang lapar dengan bakso Mas Amin.

Di perjalanan saya mencari foto-foto yang akan saya posting di instagram saya, sambil tetap memuji kreativitas Tuhan dalam mencipta.

Terima kasih buat satu hari itu.
Rossalin, Anastasia, Artiana, Erna, Vicktor, Jeffry & Aris.

Terpujilah nama Tuhan.

#komunitasonedayonepost
#ODOP_6

1 komentar:

Resensi Novel Bekisar Merah

  Perempuan dalam Kungkungan Kenyataan Judul                            : Bekisar Merah Penulis                         : Ahmad Tohari...