Sabtu, 08 September 2018

Amplop, Gawai dan Metamorfosis

Ini cuma hasil olah pikir dan bincang-bincang bersama Widye. Saudara serahim bukan. Saudara tak serahim, iya. Teman tak terdeskripsikan.

Tentang hari-hari sekarang ini yang dituangkan dalam kata.



Apakah manusia menyadari atau tidak  ada kejadian dalam hidup yang mendefinisikan siapa mereka sebenarnya. Mungkin itu bukanlah suatu  hal yang besar but it was there.

Terkadang dalam hidup, kamu bisa menjadi seperti sebuah amplop berwarna indah yang isinya adalah sebuah misteri. Apakah isimu dipenuhi dengan kebahagian atau bahkan isimu dipenuhi kesedihan. Entah bahagia ataupun tidak tentunya keberadaanmu hanya diketahui saat kau keluar dari dalam amplop tersebut. Saat kau menunjukkan siapa dirimu yang sebenarnya. Menjadi sesuatu yang baik dan berguna ataupun sebaliknya itu ditentukan oleh pilihanmu.

Namun disisi lain dalam dunia modern semua hal serba gawai,  maka keberadaanmu dan isi kehidupanmu tanpa disadari tidak lagi terbungkus mewah dalam sebuah amplop. Kehidupanmu menjadi public consumption yang kehilangan jati diri, terdengar miris tapi itulah kenyataannya saat kau memilih menjadi seorang netizen. Mengumbar hal yang pada akhirnya memancing komentar atau istilah keren "nyinyir" dikalangan netizen , yang tanpa sengaja menjadikanmu objek bullyan dan beranjak ke level   mental down, siapa yang akan disalahkan, netizen yang dikenal "maha benar"? atau keputusanmu yang maha benar menggunakan gawaimu untuk bersosial media? One thing we have to know "we choose what people want to see from us" tentunya resiko dari sebuah pilihan adalah tanggung jawabmu juga.  Pilihan menjadi bijak jauh lebih menguntungkan dari pada menjadi yang maha benar.

Disisi lain keberadaan gawaimu menjadi ajang pencarian jati diri yang haus apresiasi dengan hanya menunjukkan sisi baikmu. Tanpa kau sadari kau  sedang tidak mencari jati diri tapi sesungguhnya kau sedang perlahan-lahan menggerogoti jati diri yang sudah tertanam dalam dirimu.

Sampai pada satu titik jika kau berpikir untuk bermetamorfosis untuk menata kembali jati dirimu. Maka kau harus bersiap untuk melewati proses seperti ulat yang bersedia menghancurkan  jaringanya sendiri sebelum menjadi seekor kupu- kupu.

Yang kau tahu itu bukan hanya tentang waktu...

#Komunitasonedayonepost
#ODOP_6

9 komentar:

Resensi Novel Bekisar Merah

  Perempuan dalam Kungkungan Kenyataan Judul                            : Bekisar Merah Penulis                         : Ahmad Tohari...