Sabtu, 20 Oktober 2018

IBU

Setelah mandi, ku hempaskan tubuhku di ranjang.
Sudah pukul 19.05.
Seharian keluar mencari novel dan buku-buku referensi untuk skripsi ternyata cukup membuat tubuhku lelah dan sedikit pegal.
Sambil menerawang ke langit-langit kamar, aku terus berpikir apa yang sedari tadi membuat aku merasa sepertinya ada sesuatu yang kurang.
Setetelah beberapa saat berpikir, akhirnya ku temukan akar permasalahannya.
Ternyata itu tentang kenangan.

Kenangan itu memang lucu, bisa datang kapan saja, dimana saja dan datang dalam wujud yang memang terbilang aneh.
Seperti hari ini, hanya dengan membaui wangi parfum fanbo, setengah pikiran dan perasaanku seperti berjalan mundur bertahun-tahun ke belakang. Aku ingat pada Ibu.
Kenangan itu memang jahat. Ia tak akan peduli entah situasi kita seperti apa. Ia semaunya saja.
Ibu sangat suka parfum fanbo, selain harganya yang terbilang sesuai kantong, wanginya juga pas, kata Ibu.
Seperti rekan, begitulah Ibu dan parfum fanbo itu. Tak terpisahkan. Parfum itu stoknya tak boleh berkurang, apalagi kalau sampai habis.
Kalaupun habis, Ibu pasti tak akan keluar kemana-mana. Tidak pede katanya. Lucu, memang.
Aku juga pernah di datangi kenangan, hanya dengan mencicipi rasa masakan, kenangan total menyeret aku kepada Ibu. Semua jenis sayuran harus di rebus tanpa minyak, sedikit msg.
Terlalu banyak aturan memang. Tapi lama-kelamaan kami pun jadi biasa. Lama- kelmaan menjadi suka.

Kenangan itu memang jahat. Ia bisa datang dimana saja. Bahkan kenangan bisa saja datang saat kita  tidur, dalam mimpi. Membuat malam-malam menjadi semakin kelam dan sunyi.
Kenangan juga punya dua wujud buatku. Yang menyenangkan dan yang tidak.
Setiap hari aku selalu mengajak hati dan pikiranku untuk berdamai dengan kenangan.
Tapi, kenangan tidak semudah itu untuk ditaklukkan.
Mungkin sebagian orang menyesali atas hal-hal yang telah mereka lakukan dalam hidup, tetapi aku menyesali hal-hal yang belum ku lakukan pada Ibu.
Seberapa banyak aku membangkang, seberapa sering “tidak” ku ucapkan untuk setiap permintaan Ibu.
Apakah di sana kau masih menginginkan balasan kasih itu ‘Bu?
Jika iya, beri aku kesempatan.

Nanti, mari saling memilih lagi untuk menjadi keluarga.

#komunitasonedayonepost
#ODOP_6









 

4 komentar:

Resensi Novel Bekisar Merah

  Perempuan dalam Kungkungan Kenyataan Judul                            : Bekisar Merah Penulis                         : Ahmad Tohari...