Kamis, 14 Februari 2019

Biografi B. J. Habibie

         Biografi, yang Tercinta B. J. HABIBIE


Republika.co

Bacharuddin Jusuf Habibi, Rudy (panggilan B. J. Habibie sejak kecil) lahir di Parepare, Sulawesi Selatan pada tanggal 25 Juni 1936, adalah anak ke-4 dari delapan bersaudara dari bapak Alwi Abdul Jalil Habibie dan ibu R. A. Tuti Marini Puspowardojo.
Sesuai sumpah yang telah diucapkan ibunya ketika bapaknya meninggal, Rudy pun harus memenuhi keinginan ibunya untuk kuliah ke luar negeri. Proses yang panjang dan sulit justru membuat Rudy makin gigih untuk sekolah.
        Meninggalkan Parepare dan pindah ke Jawa di usia 15 tahun bukanlah hal yang mudah, tetapi disiplin dan cara hidup B. J. Habibie sejak kecil telah membentuk karakter yang sangat kuat dalam dirinya. Sejak kecil, B. J. Habibie selalu lebih mengutamakan tugas-tugas sekolah sebelum bermain dan mengerjakan hobinya yang lain.
Pindah ke Jawa B. J. Habibie menumpang di rumah keluarganya di Jakarta sambil bersekolah. Tetapi karena tidak betah, ia minta dipindahkan ke Bandung dan dititipkan di rumah Pak Soejoed, Inspektur Pertanian di Jawa Barat yang adalah teman baiknya bapaknya. Dari situ B.J. Habibie pindah ke tempat kost di keluarga Sam. Dari sekolah HBS (Hoogere Burgerschool, adalah pendidikan menengah umum pada zaman Hindia Belanda untuk orang Belanda, Eropa atau elite pribumi dengan bahasa pengantar bahasa Belanda), B. J. Habibie pindah atas keinginnannya sendiri  ke SMP yang saat itu bernama Gouvernment Middlebare School yang sekarang adalah SMP 5 di Jalan Jawa, Bandung. Lalu, ia pindah lagi ke SMAK di Dago yang dulu di kenal dengan nama Lycium.
Di SMA, B.J. Habibie mulai tampak menonjol prestasinya dalam kelas, terutama kesukaannya pada pelajaran eksakta seperti matematika, mekanika dan lain-lain. B. J. Habibie adalah bintang kelas. “Yah, kami tidak mengerti siapa yang bodoh, kalau dalam satu kelas dengan orang yang pintar seperti dia, kita seperti kambing hitam saja.” Demikian kenang Ny. Djumiril yang biasa mengikuti ujian mata pelajaran tertentu bersama B. J. Habibie.
Setelah lulus SMA, B.J. Habibie melanjutkan kuliahnya di ITB. Sejak awal kuliah B. J. Habibie memang sudah sangat tertarik pada bidang pesawat terbang. Tetapi ia praktis hanya 6 bulan menjadi mahasiswa di ITB. Setelah itu mulailah perjalanan pendidikannya ke Aachen, Jerman.
B. J. Habibie harus menerima dan patuh karena sudah jadi amanah ibu bapaknya untuk kuliah ke luar negeri. Walau tak bisa mendapatkan beasiswa, B. J. Habibie harus kuliah menggunakan biaya sendiri, ibunya juga tetap berusaha untuk menyekolahkannya.
Hal inilah yang menjadi beban dan motivasi B. J. Habibie untuk cepat menyelesaikan kuliahnya. Tidak ada waktu terbuang. Semua di ambil dengan cepat. Saat teman-teman lainnya dari Indonesia sibuk untuk bersenang-senang di musim libur panas, B. J. Habibie mengambil waktu untuk tetap mengikuti ujian atau mencari uang untuk membeli buku.
Karena itu, empat tahun kemudian di usia 22 tahun, ia sudah berada pada tingkat akhir sebagai calon insinyur jurusan Aeronautika.
Walau sibuk, B. J. Habibie pun masih senang pesawat aeromodeling seperti ketika masih di Bandung.
Serta tidak lupa melibatkan diri dalam kegiatan sosial dalam dunia kemahasiswaan dan senang mengurus pentas kesenian.
Indonesia di tahun lima puluhan merupakan masa subur partai-partai politik, apalagi setelah pemilu 1955. Semua partai politik berusaha mempengaruhi organisasi mahasiswa yang berfiliasi pada partai politik tertentu. Dalam suasana demikian, B. J. Habibie diangkat menjadi Ketua Perhimpunan Pelajar indonesia di Aachen.
Tahun 1958, tercetuslah suatu gagasan besar, gagasan B. J. Habibie, menyelenggarakan Seminar Pembangunan bagi seluruh mahasiswa yang belajar di Eropa. Berbagai masalah muncul, bahkan sejak gagasan itu muncul dan di puncaknya itu justru tentang masalah dana.
B. J. Habibie harus pontang panting mencari pinjaman dana agar seminar bisa berjalan.
Akhirnya seminar pun berjalan lancar selama lima hari di Hamburg-Barsbuttel dari tanggal 20 sampai 25 Juli 1959. Meskipun selama pembukaan seminar maupun dalam sidang seminar itu B. J. Habibie tidak bisa hadir karena sakit, namun sejarah PPI di Jerman Barat telah mencatat bahwa, “Rudy Habibielah pencetus ide untuk mengadakan seminar Pembangunan Eropa dan terlaksana dengan baik.”
Tetapi sementara seminar berlangsung, B. J. Habibie justru sedang mendekam dalam kamar sebuah klinik di Universitas Bonn, sekarat. Ia mendapat serangan penyakit semacam influensa yang virusnya masuk ke jantung. Ia tiga kali dikembalikan ke kamar mayat dari bangsal biasa, selama 24 jam ia dalam keadaan tidak sadar. Bahkan ia sudah didampingi oleh seorang rohaniawan yang khusus datang membacakan doa sebagaimana orang sakit yang sebentar lagi akan menghembuskan nafasnya yang terakhir.
Sungguh suatu keajaiban, “kemauan keras saya dan perkenan Tuhan menyebabkan masa kritis itu dapat saya lalui dengan baik,” B. J. Habibie akhirnya lolos dari maut dan sebuah bekas luka pada kakinya yang membekas hingga sekarang.
B. J. Habibie juga mendapat kunjungan dari ibu dan kakak iparnya dari Indonesia.
Setelah mendapat gelar insinyurnya pada jurusan konstruksi pesawat terbang di Universitas Technische Hochshule, Aachen  pada tahun 1960. Tahun 1962, terhitung tujuh tahun sudah B. J. Habibie akhirnya kembali ke Indonesia dan kembali bertemu dengan gula jawanya, Hasri Ainun Besari. Adik kelasnya ketika di SLTA, yang kemudian menjadi istrinya.
         Banyak persamaan antara Hasri Ainun Besari dan B. J. Habibie. Hasri Ainun lahir di Semarang, 11 Agustus 1937, juga sebagai anak keempat dari delapan bersaudara. Ainun adalah dokter lulusan Universitas Indonesia.
         Proses yang tidak begitu lama, tiga bulan akhirnya semua acara peminangan dan pernikahan pun berjalan.
Setelah pernikahan akhirnya B. J. Habibie dan Ainun pindah ke Jerman memulai hidup baru mereka.
Penuh dengan suka duka beberapa tahun pertama pernikahan mereka, membuat harus berhemat dalam segala hal. Sampai-sampai B. J. Habibie berjalan kaki dari rumah ke kantor yang jaraknya 15 km.
Tetapi badai pasti berlalu, perlahan tapi pasti. Kehidupan mereka pun berubah menjadi lebih baik, sampai akhirnya benar-benar baik. Perjalanan karirnya perlahan naik dan berkembang.
B. J. Habibie bukan pribadi yang pelit ilmu, ia mampu mempengaruhi banyak orang. Setelah beberapa tahun mempersiapkan diri dan mempersiapkan beberapa orang Indonesia dengan bekerja di Jerman, akhirnya B. J. Habibie pulang ke tanah air dan membangun negeri tercinta seperti janji dalam sajaknya ketika ia sakit,
Terlentang!!!
Djatuh! Perih! Kesal!
Ibu Pertiwi
Engkau pegangan
Dalam perdjalanan
Djanji pusaka dan sakti
Tanah tumpah darahku
Makmur dan sutji
Hanntjur badan
Tetap berdjalan
Djiwa besar dan sutji
Membawa aku,....padamu!!!

         B. J. Habibie kembali ke Indonesia, mematahkan penilaian semua orang tentang ketidak mampuannya dalam membuat pesawat, dan kemudian kita semua tau dia membuktikan segalanya, sampai kemudian ia menjadi presiden ke-3 di Republik tercinta ini.

Sehat selalu serta umur panjang, Bapak B. J. Habibie yang tercinta.

#onedayonepost
#ReadingChallengeOdop
#Tugaslevel2
#Level2tantangan1

3 komentar:

  1. Saya telah berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan pinjaman Suzan yang meminjamkan uang tanpa membayar lebih dulu.

    Nama saya Amisha, saya ingin menggunakan media ini untuk memperingatkan orang-orang yang mencari pinjaman internet di Asia dan di seluruh dunia untuk berhati-hati, karena mereka menipu dan meminjamkan pinjaman palsu di internet.

    Saya ingin membagikan kesaksian saya tentang bagaimana seorang teman membawa saya ke pemberi pinjaman asli, setelah itu saya scammed oleh beberapa kreditor di internet. Saya hampir kehilangan harapan sampai saya bertemu kreditur terpercaya ini bernama perusahaan Suzan investment. Perusahaan suzan meminjamkan pinjaman tanpa jaminan sebesar 600 juta rupiah (Rp600.000.000) dalam waktu kurang dari 48 jam tanpa tekanan.

    Saya sangat terkejut dan senang menerima pinjaman saya. Saya berjanji bahwa saya akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi jika Anda memerlukan pinjaman, hubungi mereka melalui email: (Suzaninvestment@gmail.com) Anda tidak akan kecewa mendapatkan pinjaman jika memenuhi persyaratan.

    Anda juga bisa menghubungi saya: (Ammisha1213@gmail.com) jika Anda memerlukan bantuan atau informasi lebih lanjut

    BalasHapus
  2. Eyang B.J. Habibie, Trimakasih untuk baktimu pada negeri ini😇😍..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nanti jd akuntan di Habibie Centre e pi Jerman haha

      Hapus

Resensi Novel Bekisar Merah

  Perempuan dalam Kungkungan Kenyataan Judul                            : Bekisar Merah Penulis                         : Ahmad Tohari...