Kamis, 25 Februari 2021

Resensi Buku Selamat Tinggal - Tere Liye

Resensi Buku Selamat Tinggal

(Lisa Pingge)

 

Judul                         : Selamat Tinggal

Penulis                      : Tere Liye

Penerbit                    : Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Tahun Terbit             : November 2020, cetakan ke 2

Genre                        : Fiksi

ISBN                         : 620172010

Jumlah halaman        : 350 halaman

Dimensi                        : 20  cm

 


 

        Liburan natal dan tahun baru kemarin saya membeli buku ini. Terus terang, sejak pertama mengenal buku-buku Tere Liye, saya tidak pernah merasa perlu membaca synopsis ataupun repot membolak-balik halaman buku. Begitu melihat katalog ada buku Tere Liye, yah sudah langsung dibeli. 

        Baiklah, kali ini saya akan membuat resensi buku ini semampu saya. Sebagai pengingat jika nanti rindu isi buku ini, saya bisa membaca resensi ini kembali. Karena selain karakter tokoh-tokoh dalam cerita ini sungguh kuat dan menarik, makna dalam buku ini juga sangat dalam.

Ketika pertama kali membaca judul buku ini, terus terang pikir saya buku ini berkisah perjalanan perpisahan seseorang terhadap seseorang lainnya. Seratus halaman pertama saya masih terus mencari-cari kesesuaian isi buku dengan judulnya. Saya tertarik dengan judulnya yang menarik. Mencari tujuan kata selamat tinggal itu sebenarnya bertuju kepada siapa.

            Mengetahui bahwa nama tokoh utama Sintong Tinggal juga membuat saya menyangka bahwa buku ini akan menceritakan perjalanan kisah cinta tokoh utama Sintong Tinggal kepada cinta pertamanya Mawar Terang Bintang.

            Namun, Selamat tinggal bukan sekedar ucapan perpisahan atas hal-hal yang menyedihkan. Dibalik sejarah tokoh Sutan Pane yang sangat menarik ditelusuri untuk kebutuhan skripsi Sintong Tinggal, buku ini berkisah tentang perjalanan selamat tinggal beberapa tokoh terhadap barang-barang palsu bahkan terhadap kehidupan yang palsu.

            Semua berawal dari perjalanan Sintong Tinggal anak desa yang berkuliah di kampus besar di kota besar. Dibiayai kuliah serta segala kebutuhannya dengan membantu menjaga toko buku bajakan milik saudara ibunya yang terletak dekat kampus.

            Dalam perjalanannya sebagai seorang penulis lepas, Sintong Tinggal begitu kecewa melihat perjalanan buku-buku bajakan. Juga film-film bajakan yang dikonsumsi teman-teman kostnya. Sintong merasa begitu berdosa setiap menikmati semua itu, dan butuh enam tahun untuk bisa lepas dan mengucapkan selamat tinggal terhadap barang-barang bajakan yang ada di sekitarnya.

Yang lebih mengejutkan Sintong adalah, semua orang-orang di sekitarnya hidup dalam lingkaran yang juga sama, hanya beda jenis. Cinta pertamanya Mawar Terang Bintang sebagai pengedar obat-obat palsu. Keluarga Jess sebagai pencipta dan pengguna barang-barang palsu, seperti tas, sepatu, dan pakaian. Bunga sebagai pengendus buku-buku yang menarik untuk kemudian digandakan oleh ayahnya dan disebar ke toko-toko bajakan lain.

            Buku ini semakin menarik setelah pada akhirnya judul novel Selamat Tinggal adalah juga judul tulisan Sutan Pane yang tersisa dari empat tulisan lainnya yang hilang. Dibumbui dramatisasi sejarah, buku ini benar-benar syarat isi. Menarik.

            Diakhir cerita, beberapa tokoh telah berhasil mengucapkan selamat tinggal pada kehidupan lamanya. Sintong berhasil keluar dari kehidupan paman dan buliknya untuk berhenti menjaga toko buku bajakan. Mawar Terang Bintang dipenjara setelah sindikat obat-obat palsu terbongkar. Babe Na’im mengganti siaran TV berbayar.

            Buku ini sangat bagus dan bisa jadi rekomendasi untuk membentuk karakter kawan-kawan yang ingin berkarya serta kawan-kawan penikmat karya orang lain. Menurut hasil baca saya, buku ini memuat beberapa makna penting yang bisa kita ambil. Saya merangkumnya dalam beberapa poin.

Pertama, prinsip Sutan Pane. Hidup adalah kesesuaian antara perkataan, tulisan, dan perbuatan. Sebagai seseorang yang berkarya dalam dunia kepenulisan, Sutan Pane sangat menghormati prinsipnya kuat-kuat. Walaupun adiknya yang membuat kesalahan, tetapi sebagai penulis yang selalu menantang hal-hal demikian, diakhir hidupnya Sutan Pane menghilang.

Kedua, belajar menghormati karya orang lain. Sebagai penikmat karya, setelah membaca buku ini, saya benar-benar merasa diajak untuk lebih peduli dan menghargai karya orang lain. Jujur, saya punya beberapa buku bajakan yang saya beli dengan harga murah, e-book yang saya dapat dari hasil download, juga film-film yang saya nonton di Youtube. Hari setelah selesai membaca buku ini, saya merasa ada yang perlu diubah dari persepsi saya terhadap hasil karya orang lain. Cara Tere Liye mengajak untuk membeli barang-barang original sangat-sangat memikat, saya yakin jika semua penikmat karya membaca buku ini, pasti akan menjauhkan segala bentuk bajakan dan kepalsuan dalam hidup.

Ketiga, kegigihan Sintong Tunggal dalam menulis. Untuk beberapa orang yang sedang bergelut dalam dunia kepenulisan, pastinya harus membaca buku ini. Saya yakin seratus persen, bahkan lebih, akan semangat untuk menulis lagi.

Keempat, berani mengucapkan selamat tinggal kepada kepalsuan. Seperti Sintong, Mawar, Bunga, Babe Na’im, juga Sutan Pane. Berani mengucapkan selamat tinggal kepada kepalsuan-kepalsuan dalam hidup masing-masing untuk melanjutkan kehidupan.

            Sejauh ini, resensi saya jauh dari sempurna. Tetapi resensi ini saya buat sebagai pengingat buat diri saya sendiri serta apresiasi kepada Bang Tere Liye atas karya-karyanya yang sangat menginspirasi. Semakin jaya dan terus berkarya.

            Mari menghargai karya orang lain dengan tidak membeli barang-barang bajakan yang palsu. Salam original.


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Resensi Novel Bekisar Merah

  Perempuan dalam Kungkungan Kenyataan Judul                            : Bekisar Merah Penulis                         : Ahmad Tohari...