Jumat, 22 Januari 2021

Skenario Tuhan

 

            Gambar. http://bacaalkitab.com/pertolongan-tuhan-tepat-pada-waktu-nya/

Hari ini saya ingin menulis beberapa paragraf lagi. Selain ingin kembali mengaktifkan blog saya yang sempat tidur beberapa lama, saya juga ingin berbagi lewat kisah nyata yang saya dan teman saya alami.

Suatu siang, saya lupa tepatnya hari apa, tapi waktu itu musim hujan. Saya dan teman saya suka rela mengambil tugas penjaga sekolah yang berhalangan masuk untuk menutup pintu-pintu ruang kelas serta ruangan guru.

Langit biru yang mulai gelap tertutup awan-awan hitam terus membuat kami harus berburu mencari kunci ruangan terakhir yang cocok. Saya dan teman saya bergantian mencoba kunci mana yang cocok, maklum kami tidak pernah satu kali pun berurusan dengan kunci yang tanpa kode atau tanda khusus untuk setiap ruangan. Sekolah tempat kami mengajar jauh dari kota. Kami berdua tidak membawa jas hujan, dan di sekolah tak ada kantin. Jadi kami harus secepatnya keluar dari sana sebelum kami tersiksa kelaparan.

Setelah bergelut cukup lama dengan jumlah kunci yang banyak, kami mulai dirasuki rasa jengkel. Saya mengomeli benda mati yang sedang berada di dalam genggaman saya, sedangkan teman saya mati-matian akan membuat kode-kode khusus pada setiap kunci yang ada. Singkat cerita akhirnya kami berhasil menutup semua pintu sebelum hujan turun.

Pintu terkunci, kami tersenyum lega, tapi satu masalah datang lagi. Setelah mencari sana-sini, kami putuskan untuk kembali membuka pintu dan mencari kunci kontak sepeda motor di atas meja kerja. Bukan main jengkelnya. Kali ini saking jengkelnya, saya dan teman saya tertawa, lebih tepatnya terpaksa tertawa (benar-benar dipaksakan). Setelah beberapa kali berjuang, pintu pun terbuka. Untung saja kunci kontaknya ada di meja.

Sudah cukup bosan saya berhubungan dengan kunci-knci yang banyak itu, sebelum keluar ruangan saya dan teman saya kembali memastikan tidak ada lagi yang kami lupa, kami kembali mengecek isi tas. Semua sudah lengkap. Kali ini tidak sulit, karena saya sudah memegang kunci yang akan kami pakai, jadi sekali kunci langsung jadi.

Tiba di parkiran, teman saya ingin buang air kecil. Kali ini saya yang marah-marah, mengingat rintik sudah mulai turun. Tapi terpaksa harus sabar. Saya memberi kunci yang banyak itu kepada teman saya untuk membuka pintu toilet di samping parkiran. Tentunya kembali ribet. Kami harus kembali bekerja sama untuk membuka pintu hingga berhasil.

Setelah itu, kami benar-benar bisa pulang. Mampir memberi kunci sekolah tadi ke rumah penjaga sekolah dan kemudian langsung pulang. Satu kilometer dari sekolah, kami masih terus jengkel saling menyalahkan keadaan. Dua kilometer berikutnya, kami mulai tertawa lucu dengan situasi tadi walau rintik mulai terasa. Dan jawaban dari semua kejadian itu berada 5 meter di depan kami, pohon kemiri dengan diameter 100 cm jatuh menutup jalan raya. Rasa jengkel, tawa-tawa kecil kami tadi seketika itu juga berhenti. Saya dan teman saya sama-sama terdiam. Jika kami lebih cepat sedikit saja, mungkin kami hanya akan menyisakan nama. Rasa lapar dan haus yang tadi muncul, sudah tidak terasa lagi. Serasa seluruh bagian tubuh hanya berisi pujian-pujian syukur kepada Tuhan. Dalam perjalanan hingga tiba di rumah, kami berdua tidak bicara apa pun. Terus terang, semua persedian di tubuh saya serasa ngilu, jantung saya terus berdetak seperti orang yang sedang berolahraga. Antara takut dan bersyukur. Entahlah.

Hari itu, saya memegang satu pondasi yang sangat kuat. Sedetik saja dalam hidup kita ini, sudah Tuhan atur, karena Ia tahu kita ini hanyalah debu.

Saya percaya, setiap orang pernah mengalami kejadian-kejadian serupa dengan skenario yang berbeda-beda. Tuhan baik.

 

 

 

 

4 komentar:

  1. Puji Tuhan ee. Memang tiap detik Tuhan sdh atur sebaik mungkin dan pasti yg terbaik..
    Sekarang tergantung kita bagaimana menyikapi setiap peristiwa yg Tuhan ijinkan. Apakah kita mau melihat dgn kaca mata iman atau kacamata kita sndri. ...
    Trimakasih atas cerita yg sangat memberkati ini. God bless.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih, "Unknown". Selalu mampir ke blog saya. hehe

      Hapus
  2. Cerita yg penuh makna dan mengajak pembaca untuk merasakan detik demi detik memasukan and memutar anak kunci, syukur kalau pas dan merungut saat salah kunci..

    Mungkin saat kejadian pohon tumbangnya lebih dramatis lg supaya jantung kita ikut berhenti berdetak..

    Salam literasi

    http://caritakita.wordpress.com

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih, De. Siap diperbaiki tulisannya ke depan. Salam literasi. Tuhan memberkati kita selalu.

      Hapus

Resensi Novel Bekisar Merah

  Perempuan dalam Kungkungan Kenyataan Judul                            : Bekisar Merah Penulis                         : Ahmad Tohari...